Muhammad bin Ali As-shaduq membawakan riwayat dari Abu Abdillah Ja'far Ash-Shadiq bahawa Ja'far berkata,
"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla memiliki makhluk dari rahmat Nya. Allah menciptakan mereka dari cahaya-Nya
dan (mencipta) rahmat Nya dari rahmat Nya untuk rahmat Nya. Mereka
adalah mata Allah yang melihat, telinga Nya yang mendengar dan lisan Nya
yang berbicara di tengah makhluk Nya dengan izin Nya, serta para
kepercayaan Nya terhadap apa-apa yang (Allah) turunkan berupa uzur,
nadzar, dan hujjah. Dengan mereka, (Allah) menghapuskan dosa-dosa,
menolak kesedihan, menurunkan rahmat, menghidupkan yang mati, dan
mematikan yang hidup. Dengan mereka, (Allah) menguji makhluk Nya dan
menetapkan keputusan Nya di tengah makhluk Nya. "Perawi bertanya,"
Semoga Allah menjadikanku sebagai penebusmu. Siapakah mereka itu?
"Beliau menjawab," Orang-orang yang mendapat wasiat. "[At-Tauhid karya
Ash-Shaduq hal. 167, cet. Darul Ma'rifah, Beirut]
Dalam Mustadrak Al-Wasa `il, Al-Thabarsy menulis bab bertajuk" Kebolehan Tawaf di Kubur ".
Dalam Amaly At-Thusy, Muhammad bin Hasan Al-Thusy menyebutkan riwayat
dari Abu Abdillah Ja'far Ash-Shadiq bahawa Ja'far berkata, "Sesunggunya
Allah Taala telah menjadikan tanah datukku, Husain 'alaihis salam, sebagai penyembuh bagi segala penyakit dan keselamatan dari segala kebimbangan.
Apabila salah seorang
dari kalian mengambil (tanah) itu, hendaknya dia mencium dan meletakkan
(tanah) itu pada kedua matanya lalu melewatkan (tanah) itu pada seluruh
jasadnya. Hendaklah dia berkata, 'Ya Allah, dengan hak tanah ini dan hak
orang yang menyatu dan tertanam di dalam (tanah) ini, dengan hak
ayahnya, ibunya, saudaranya, dan para imam dari keturunannya, dan dengan
hak para malaikat yang mengitarinya, pasti Engkau menjadikan (tanah)
ini sebagai ubat untuk segala penyakit, penyembuh bagi segala penyakit,
keselamatan dari segala bahaya, dan pelindung dari segala yang aku
bimbangkan, serta aku berhati-hati terhadap (tanah) ini. 'Lalu, dia
menggunakan tanah tersebut. "[ Amaly At-Thabarsy, Mu `assasah Al-Wafa`,
Beirut, cet ke-2, 1401 H]
Banyak sekali bentuk kesyirikan golongan Syiah yang tidak boleh kami terangkan dalam tulisan ringkas ini, seperti
(1) menjadikan para imam mereka sebagai perantara antara makhluk dan Allah.
(2) beristighatsah kepada Allah dengan menyebut imam-imam mereka.
(3) Kewajiban ziarah ke kubur Al-Husain dan kekufuran orang yang meninggalkan kewajipan ini
(4) Kebolehan melaksanakan tawaf, solat dan bersungkur di kubur serta kesyirikan lain.
Kesyirikan golongan Syiah meliputi segala hal dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Al-Asmâ `wa Ash-Shifât.
detikislam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan