Ahad, 18 Disember 2011

Tent Maker, strategi pemurtadan baru di Indonesia

JAKARTA (Arrahmah.com) – Menyukseskan Program Kristenisasi jangka panjang mengkristenkan Indonesia, para missionaries terapkan strategi baru dalam aksi pemurtadan.  Dengan mengedepankan strategi yang lebih terencana, matang, dan lebih licik. Mengingat akan berakhirnya program jangka panjang perlima puluh tahun pada bilangan 2020 nanti.
Hal Ini terungkap pada acara temu pembicara Tabloid Suara Islam di masjid Baiturrahman, Jl. Saharjo Raya, Jakarta Selatan sabtu(17/12).
“Mereka sekarang mengusung strategi tent maker” ungkap Bernard Abdul Jabbar
Sebuah strategi yang terinspirasi dari kegiatan paulus sebagai pembuat tenda atau kemah seperti tercantum pada kitab rasul-rasul didalam Alkitab. Strategi ini menurut Bernard, dimasa kekinian direalisasikan dalam bentuk operasi misionaris dengan jubah profesi  keseharian didalam kehidupan masyarakat.
“semua profesi menjadi misionaris itu disebut tent maker.”kata Mubaligh berbadan tambun ini.
Tent maker menjelma menjadi pegawai negeri, pegawai swasta, pengacara, dokter, petani ataupun nelayan,  jelas Bernard.  Yang intinya semua mendorong kegiatan missonaris.
Lebih dari itu, kegiatan tent maker bukan diikuti oleh sembarang orang dari umat kristiani, tetapi mereka adalah orang-orang yang sudah disiapkan sedemikian rupa untuk melakukan penginjilan.
“Dia terlatih sebagai aktivis-aktivis gereja yang berprofesi sebagai apapun untuk menjalankan amanat agung” ujar ketua FUI Bekasi ini.
Dengan kemampuan merekrut, mengajak,melobby, membentuk kelompok baru, mereka bergerilya disemua lini kehidupan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan mangsa untuk dimurtadkan.
“Meskipun mereka berprofesi seperti masyarakat biasa, tapi diam-diam melakukan pengkabaran gereja” tutur Bernard yang pernah menjadi misionaris sebelum masuk Islam.
Selain dibekali kemampuan mengajak, merekrut dan melobby. Para tent maker juga dibekali kemampuan luar biasa seperti melakukan sihir gendam dan hafalan surat Al Qur’an.
“mereka dibekali hipnotis dan ada yang menghafal Al-qur’an” jelas Bernard.
Kelompok ini, bahkan mampu mengorganisir sasaran dengan membuat tim-tim kecil yang bertugas sebagai pengajak, pengumpul, dan pengalih perhatian yang mengarahkan sasaran kepada kegiatan kekristenan.
kelompok ini memburu kaum muslimin di pusat-pusat keramaian seperti pasar dan Mall dengan menawarkan brosur-brosur kekristenan dan natal seperti baru-baru ini terjadi di Mall Ciputra dan wilayah Indonesia lainnya.
“bahkan mereka sampai berani menawarkan KKR atau kebaktian” kata Bernard.
Selain menggunakan metode tent maker, para penginjil menjalankan pula pola pembangunan gereja-gereja. Yang terlebih dahulu diawali tahap membentuk kelompok-kelompok do’a dirumah umat Kristen ditengah-tengah pemukiman besar kaum muslimin untuk melakukan test case dalam tahap selanjutnya.
“diawali membentuk persekutuan doa keluarga atau permata”, Jelas Bernard
Lalu akan dilanjutkan dengan membentuk gereja satelit, jika tidak dipersoalkan umat Islam, yang kemudian masuk ketahap selanjutnya membangun gereja-gereja besar atau katedral. Upaya membangun gereja tersebut sebagai proyeksi hasil kristenisasi yang mereka lakukan di Indonesia.
“Mereka mempersiapkan infrastruktur terlebih dahulu untuk menampung hasil tuaian penginjilan” pungkas Bernard
 
(Bilal/arrahmah)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan