Ahad, 4 September 2011

Kemunafikan Inggris Dalam Revolusi Libya

http://sadhillnews.com/wp-content/uploads/2011/03/war-libya-missile-fired-obama-globalization-logo-united-nations-one-world-order-global-sad-hill-news1.jpgInggris telah lama menjadi mitra dagang dekat negara Libya selama beberapa tahun terakhir. Namun, apa yang London lakukan sekarang ini adalah sebuah kemunafikan negara itu, mereka kini mengutuk diktator Libya Muammar Gaddafi, daripada meminta maaf karena telah menjalin kemitraan dengan Gaddafi.

Perdagangan Inggris dengan rezim Gaddafi diperkirakan sebesar 1.5 Milyar Poundsterling tahun lalu, sebagian besar adalah impor minyak dari Libya, dan London terus menjaga hubungan diplomatiknya dengan Gaddafi pada tahun 2011, meskipun pada tahun ini para kaum revolusioner sudah mulai melakukan perlawanan terhadap rezim di Libya.

Contoh penting hubungan diplomatik kedua negara adalah kunjungan oleh putra kedua Ratu Elizabeth yakni Pangeran Andrew ke ibukota Libya, Tripoli yang jelas menunjukkan persahabatan mendalam antara pemerintah Inggris dan Libya.

Kunjungan terbaru dalam koridor hubungan diplomatik tersebut dilakukan pada tanggal 19 Maret tahun ini, alias satu bulan setelah rezim Gaddafi memulai penindasan kejam atas demonstran di kota-kota Libya, serta membunuh ratusan pengunjuk rasa dan melukai ribuan lainnya.

Rincian kunjungan Andrew memang tidak dapat diungkapkan, namun posisinya sebagai duta besar perdagangan khusus di London, telah mengungkap dalamnya konteks kemitraan antara Inggris dengan rezim Gaddafi.

Inggris telah menjadi negara Eropa terbesar sebagai mitra dagang persenjataan rezim Gaddafi, sejak Uni Eropa mengangkat embargo senjata terhadap Libya pada tahun 2004.

Inggris mengirim senilai 51.85 juta Poundsterling dalam bentuk senjata untuk tiap kategori, termasuk pesawat, rudal dan gas air mata ke negara Libya selama tujuh tahun periode.

Pada tahun 2007, Perdana Menteri Inggris saat itu, Toni Blair menandatangani kesepakatan militer dengan Gaddafi sebesar 350 juta Poundsterling untuk membantu rezim Gaddafi membangun kekuatan militernya.

Akibatnya, Inggris telah menjadi negara besar yang telah memberikan Gaddafi senjata untuk membunuh rakyatnya sendiri dan melawan para revolusioner. Yang menggelikan adalah Perdana Menteri Inggris sekarang, David Cameron mengklaim bahwa Inggris "merasa bangga telah memainkan bagiannya" dalam kemenangan para revolusioner saat ini.

Cameron mengatakan pada awal pekan ini, bahwa negaranya telah membantu para revolusioner "mencegah" pembantaian ribuan orang tak berdosa oleh Gaddafi. Dia tidak peduli, bahwa negaranyalah yang telah mempersenjatai Gaddafi dan membantunya keluar dari isolasi internasional sebelum tahun 2003. Sementara Inggris menawarkan hubungan perdagangan yang menguntungkan, baik bagi Inggris dan Libya untuk memungkinkan Gaddafi menjalankan kediktatorannya.

Lebih dari 150 perusahaan yang berbasis di Inggris telah beroperasi di negara Afrika Utara, termasuk mesin industri dan jasa pemasok seperti Biwater, AMEC, JCB dan Mott MacDonald. Kebanyakan dari perusahaan tersebut masuk ke Libya setelah tahun 2003, setelah mantan Perdana Menteri Tony Blair melakukan "kesepakatan di gurun" dengan Gaddafi.

British Petroleum menandatangani kesepakatan eksplorasi minyak dengan Libya, dengan nilai setidaknya 550 juta Poundsterling pada tahun 2007. Sementara Blair telah mengamankan dua kontrak minyak dan gas lainnya, dengan rezim Gaddafi pada tahun 2004 dan 2007, dengan nilai sebesar 1,4 miliar Poundsterling.

Sementara itu, pendapatan dari ekspor minyak Libya dan gas yang disalurkan ke dalam perekonomian Inggris, menjadikan Gaddafi mempunyai kekayaan terbesar ke 12 di dunia. Kekayaannya diperkirakan sebesar 80 milyar Poundsterling.

Inilah kemunafikan Inggris.

[muslimdaily.net/presstv]

Tiada ulasan:

Catat Ulasan